SUPARMAN
“Kelak kau akan jadi manusia hebat.” Ucap ibuku suatu hari. Tapi hebat apanya? Nyatanya hari ini aku lebih pantas disebut sampah masyarakat. Meski lulusan SMK aku layak disebut pengangguran kini. Untung aku masih bisa makan dari hasil menjual suara dan denting gitarku. Ah, sepertinya disebut menjual pun tak layak. Acap kali aku menganggapnya profesi meminta-minta. Bukan menjual suara layaknya pedagang menjajakan asongannya. “ Pengamen setidaknya satu tingkat lebih tinggi dibanding peminta-minta. Bahkan sama dengan pedagang.” Komentar Si Buye di awal-awal aku mengamen. “Dan yang penting bukan perilaku kriminal.” Balas Bang Lay yang kini disebut-sebut akan menjadi pengganti Bang Gunawan selaku ketua paguyuban pengamen jalanan. Aku sendiri punya pendapat bahwa mengamen hanya boleh dilakukan apabila terpaksa. Tapi itu tak sempat terujar pada pembicaraan dulu. “Jangan skeptis menilai seorang pengamen. Sebab ia telah menjadi salah satu pilihan pekerjaan. Kalau suara lo bagus dan bisa bermain...