Cerpen Karya Marjan Fariq Entah apa yang merasuki jiwa Ki Harun, hari ini ia bertekad mencari anaknya yang sudah dua puluh tahun meninggalkannya. Ia tak mau gagal lagi seperti pencarian-pencarian dahulu. Kini Ki Harun telah sampai di Ibu Kota Jakarta. Ajaib memang, tidak tahu bagaimana orang tua ini bisa sampai di kota yang mengerikan itu. Ki harun hanya dinaikkan seorang calo dari terminal Banjar. Ia tak tahu jika mobil yang di dalamnya terdapat puluhan kursi akan mengantarnya ke terminal Rambutan, sebuah tempat yang dikelilingi orang aneh. Orang-orang yang baru menginjakkan kakinya di sini akan bingung. Harus kemana dan apa yang harus dilakukan. Begitu juga dengan Ki Harun. Diusapnya peluh yang tak henti-hentinya mengalir menguras cairan yang ada di tubuh keriputnya. “Mau kemana kek?” Tanya seorang pemuda yang dari tadi memperhatikan tingkah Ki Harun. Ki Harun tidak menjawab, ia hanya menggelengkan kepala. Begitu polos, ia benar-benar tidak tahu harus kemana, yang ia inginkan ...
Komentar
Posting Komentar