Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2009

Apresiasi Novel Pada Sebuah Kapal

PADA SEBUAH KAPAL Novel karya: NH Dini Cerita di awali dengan nostalgia Sri sebagai tokoh utama terhadap ayahnya. Ia mengenang ayahnya sebagai orang yang menjadi sosok “kawan” bagi anak-anaknya. Berbeda dengan ibunya yang mendidik anak-anaknya cukup otoriter. Sri mengingat ayahnya sebagai orang yang memiliki indera keenam. Tepatnya ia memiliki bakat seni yang lumayan aneh bagi saudara-saudaranya. Namun pada saat masih ada ayahnya ini Sri tidak merasa bakat ayahnya itu mengalir juga di tubuhnya. Ia bahkan mengira dirinya terlalu pemalu, karena memang ngobrolpun jarang, hanya sekedar menjawab pertanyaan. Akan tetapi apa yang terjadi setelah Sri masuk sekolah. Ia mengenal dunia tari. Dunia yang menjadi bagian hidupnya di masa mendatang. Darah seni ayahnya mulai terasa pada hari-hari menari. Ia rasakan kebahagiaan. Ia juga mulai menghayati keindahan benda-benda yang dulu menjadi kecintaan ayahnya. Meskipun ibunya bilang bakat menari telah diwarisi neneknya. Awal cerita seperti ini begitu m...

Apresiasi Prosa Fiksi

APRESIASI NOVEL SEKALI PERISTIWA DI BANTEN SELATAN Novel karya: Pramoedya Ananta Toer Di awal cerita, Pram menggambarkan tokoh utama sebagai seorang yang terjajah. ia adalah Ranta, sosok berperawakan gagah namun hanya menjadi buruh miskin. Ranta memiliki urusan yang cukup serius dengan Musa. Musa adalah seorang yang hidup makmur dari penderitaan orang lain. Termasuk Ranta. Ia biasa menyuruh Ranta untuk mengerjakan kemauannya, dan Ranta tidak berdaya untuk menolak. Suatu hari Ranta disuruh Musa mencuri bibit karet dan teh dari perkebunan dengan upah seringgit. Ranta dapat melaksanakannya, akan tetapi Musa tidak memberi Ranta upah tambahan. Tentu saja Ranta semakin tidak suka pada Musa. Secara psikologis, saya sedikit mendapat tekanan batin merasakan harga diri yang terjajah. Sepanjang membaca cerita penindasan ini, saya selalu ingin cepat-cepat membalas perbuatan Musa. Ini tidak adil jika dibiarkan. Dan Pram cukup cerdas memahami keinginan pembaca novelnya ini. Karena akhirnya Ranta me...

Apresiasi Prosa Fiksi: layar terkembang

APRESIASI NOVEL LAYAR TERKEMBANG karya : Sutan Takdir Alisjahbana Judul : Layar Terkembang Pengarang : Sutan Takdir Alisjahbana Cetakan : 33 Penerbit : Balai Pustaka Tahun : 2001 Tebal Buku: 166 Halaman Maria dan Tuti adalah dua bersaudara yang merupakan putri dari Raden Wiriatmadja. Tuti dikenal sebagai seorang gadis yang berpendirian teguh dan aktif dalam berbagai kegiatan organisasi wanita. Watak Tuti yang selalu serius dan cenderung pendiam, sangat berbeda dengan adiknya, Maria. Ia seorang gadis yang lincah dan periang. Dengan perbedaan kedua watak inilah Sultan Takdir Alisjahbana (selanjutnya ditulis STA) menarik hati pembaca. Di awal ia cenderung melebihkan karakter Maria dari Tuti, wajah yang cerah dan berseri-seri, serta bibir yang selalu tersenyum dan memancarkan semangat hidup yang dinamis, adalah penggambaran terhadap Maria. Bisa dikatakan bahwa karakter Maria adalah seseorang yang mudah kagum, mudah memuji dan memuja, lincah dan periang.. Berbeda dengan Tuti tentunya...

Apresiasi Prosa Fiksi

1. NOVEL SITI NURBAYA karya Marah Rusli Roman ini berkisah tentang kasih tak sampai karena adat yang terdapat di negri Minang waktu itu. Sinopsis Saat Siti Nurbaya masih kanak-kanak, ibunya meninggal. Inilah titik awal penderitaan hidupnya. Sejak saat itu hingga dewasa dan mengerti cinta ia hanya hidup bersama Baginda Sulaiman, ayah yang sangat disayanginya. Ayahnya adalah seorang pedagang yang terkemuka di kota Padang. Sebagian modal usahanya merupakan uang pinjaman dari seorang rentenir bernama Datuk Maringgih. Pada mulanya usaha perdagangan Baginda Sulaiman mendapat kemajuan pesat. Hal itu tidak dikehendaki oleh rentenir seperti Datuk Maringgih. Maka untuk melampiaskan keserakahannya Datuk Maringgih menyuruh kaki tangannya membakar semua kios milik Baginda Sulaiman. Dengan demikian hancurlah usaha Baginda Sulaiman. Ia jatuh miskin dan tak sanggup membayar hutang-hutangnya pada Datuk Maringgih. Dan inilah kesempatan yang dinanti-nantikannya. Datuk Maringgih mendesak Baginda Sulaima...