Apresiasi Prosa Fiksi: layar terkembang
APRESIASI NOVEL LAYAR TERKEMBANG
karya : Sutan Takdir Alisjahbana
Judul : Layar Terkembang
Pengarang : Sutan Takdir Alisjahbana
Cetakan : 33
Penerbit : Balai Pustaka
Tahun : 2001
Tebal Buku: 166 Halaman
Maria dan Tuti adalah dua bersaudara yang merupakan putri dari Raden Wiriatmadja. Tuti dikenal sebagai seorang gadis yang berpendirian teguh dan aktif dalam berbagai kegiatan organisasi wanita. Watak Tuti yang selalu serius dan cenderung pendiam, sangat berbeda dengan adiknya, Maria. Ia seorang gadis yang lincah dan periang.
Dengan perbedaan kedua watak inilah Sultan Takdir Alisjahbana (selanjutnya ditulis STA) menarik hati pembaca. Di awal ia cenderung melebihkan karakter Maria dari Tuti, wajah yang cerah dan berseri-seri, serta bibir yang selalu tersenyum dan memancarkan semangat hidup yang dinamis, adalah penggambaran terhadap Maria. Bisa dikatakan bahwa karakter Maria adalah seseorang yang mudah kagum, mudah memuji dan memuja, lincah dan periang.. Berbeda dengan Tuti tentunya, ia adalah seseorang yang aktif dalam berbagai kegiatan wanita, selalu serius, jarang memuji, pandai dan cakap dalam mengerjakan sesuatu
Di sinilah uniknya. STA menyuguhkan kekhasan pribadi individu meskipun dari darah daging yang sama. Secara sadar pembaca novel ini akan menyadari bahwa hal ini adalah realita. Untuk selanjutnya pun, ketika ada cerita pertengkaran antara Tuti dengan Maria karena perbedaan watak tadi, akan lebih ”merealistriskan” novel ini. Sebab, perseteruan kakak beradik itu adalah hal yang lumrah terjadi. Dan tentunya selalu asik dijadikan sebuah cerita.
Berangkat dari situ, tiba-tiba ada kejadian yang saya kira menjadi klimaks dari novel ini. Tepatnya adalah saat Maria memberikan wasiat supaya Yusuf menikahi Maria. Kita bisa merasakan cinta Maria yang besar kepada Tuti, selain cintanya yang teramat besar pula kepada Yusuf.
Keputusan Maria di akhir hayatnya ini memberikan kegembiraan kepada Tuti yang ternyata telah memiliki perubahan yang besar. Alur cerita seperti ini menghadirkan kelegaan di hati para pembaca saya kira. Sebab kalau Tuti tidak berubah, Yusuf pun akan sangat sulit menerima wasiat Maria mungkin.
Novel ini memang benar-benar mengundang emosi yang berbeda di kalangan pembacanya. Cukup memberikan rasa yang menyesakkan dada. Tapi ditutup dengan kelegaan pula. Apalagi Tuti akhirnya menikah dengan Yusuf.
Namun pada sisi lain, STA lebih memfokuskan pesan mengenai eksistensi perempuan di era itu. Sehingga novel ini memiliki amanat yang kira-kira seperti berikut ”Perempuan harus memiliki pengetahuan yang luas sehingga dapat memberikan pengaruh yang sangat besar di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dengan demikian perempuan dapat lebih dihargai kedudukannya di masyarakat” (www.ietaniz.blogspot.com/2008/12/cintaku.html)
Terlepas dari itu semua, STA tetaplah menyuguhkan karya yang fenomenal. Berangkat dari latar belakang pendidikan sastranya, STA dapat menuliskan novel ini dengan kata-kata yang ”nyastra”. Pembaca yang menganalisis sastra akan banyak memetik pelajaran dari diksi yang disuguhkan. Pun bagi para penikmat sastra, pujian pada novel ini pastilah cukup banyak. Meskipun tidak sedikit yang mengkritik novel ini.
Unsur Instrinsik Novel
1. Tema : Perjuangan Wanita Indonesia
2. Latar / Setting ;
1) Gedung Akuarium di Pasar Ikan,
2) Rumah Wiriaatmaja,
3) Mertapura di Kalimantan Selatan,
4) Rumah Sakit di Pacet,
5) Rumah Partadiharja,
6) Gedung Permufakatan.
3. Alur : Maju
4. Sudut Pandang : Orang ketiga yang ditandai dengan menggunakan nama dalam menyebutkan
tokoh-tokohnya.
5. Penokohan
a. Maria : Anak Raden Wiriaatmaja, seseorang yang mudah kagum,mudah memuji dan memuja,lincah dan periang.
b. Tuti : Anak Raden Wiriaatmaja, seseorang yang aktif dalam berbagai kegiatan wanita,selalu serius,jarang memuji,pandai dan cakap dalam mengerjakan sesuatu.
c. Yusuf : Putra Demang Munaf di Mrtapura, seseorang mahasiswa kedokteran yang pandai dan baik hati.
d. Wiriaatmaja : Ayah dari Maria dan Tuti, seorang yang memegang teguh agama,baik hati dan penyayang.
e. Partadiharja : Adik Ipar Wiriaatmaja, seseorang yang baik hati, teguh pendirian dan peduli antar sesama.
f. Saleh : Adik Partadiharja, seorang lulusan sarjana yang sangat peduli akan alam sehingga ia mengabdikan diri sebagai seorang petani.
g. Rukamah : Sepupu Tuti dan Maria, seseorang yang baik hati dan suka bercanda.
h. Ratna : Istri saleh, Seorang petani yang pandai dan baik hati.
i. Juru Rawat : Seorang yang baik hati.
6. Gaya Penulisan : Didalam novel ini banyak ditemukan majas personifikasi dan banyak menggunakan bahasa Melayu sehingga terlihat agak rancu dan sulit dimengerti.
karya : Sutan Takdir Alisjahbana
Judul : Layar Terkembang
Pengarang : Sutan Takdir Alisjahbana
Cetakan : 33
Penerbit : Balai Pustaka
Tahun : 2001
Tebal Buku: 166 Halaman
Maria dan Tuti adalah dua bersaudara yang merupakan putri dari Raden Wiriatmadja. Tuti dikenal sebagai seorang gadis yang berpendirian teguh dan aktif dalam berbagai kegiatan organisasi wanita. Watak Tuti yang selalu serius dan cenderung pendiam, sangat berbeda dengan adiknya, Maria. Ia seorang gadis yang lincah dan periang.
Dengan perbedaan kedua watak inilah Sultan Takdir Alisjahbana (selanjutnya ditulis STA) menarik hati pembaca. Di awal ia cenderung melebihkan karakter Maria dari Tuti, wajah yang cerah dan berseri-seri, serta bibir yang selalu tersenyum dan memancarkan semangat hidup yang dinamis, adalah penggambaran terhadap Maria. Bisa dikatakan bahwa karakter Maria adalah seseorang yang mudah kagum, mudah memuji dan memuja, lincah dan periang.. Berbeda dengan Tuti tentunya, ia adalah seseorang yang aktif dalam berbagai kegiatan wanita, selalu serius, jarang memuji, pandai dan cakap dalam mengerjakan sesuatu
Di sinilah uniknya. STA menyuguhkan kekhasan pribadi individu meskipun dari darah daging yang sama. Secara sadar pembaca novel ini akan menyadari bahwa hal ini adalah realita. Untuk selanjutnya pun, ketika ada cerita pertengkaran antara Tuti dengan Maria karena perbedaan watak tadi, akan lebih ”merealistriskan” novel ini. Sebab, perseteruan kakak beradik itu adalah hal yang lumrah terjadi. Dan tentunya selalu asik dijadikan sebuah cerita.
Berangkat dari situ, tiba-tiba ada kejadian yang saya kira menjadi klimaks dari novel ini. Tepatnya adalah saat Maria memberikan wasiat supaya Yusuf menikahi Maria. Kita bisa merasakan cinta Maria yang besar kepada Tuti, selain cintanya yang teramat besar pula kepada Yusuf.
Keputusan Maria di akhir hayatnya ini memberikan kegembiraan kepada Tuti yang ternyata telah memiliki perubahan yang besar. Alur cerita seperti ini menghadirkan kelegaan di hati para pembaca saya kira. Sebab kalau Tuti tidak berubah, Yusuf pun akan sangat sulit menerima wasiat Maria mungkin.
Novel ini memang benar-benar mengundang emosi yang berbeda di kalangan pembacanya. Cukup memberikan rasa yang menyesakkan dada. Tapi ditutup dengan kelegaan pula. Apalagi Tuti akhirnya menikah dengan Yusuf.
Namun pada sisi lain, STA lebih memfokuskan pesan mengenai eksistensi perempuan di era itu. Sehingga novel ini memiliki amanat yang kira-kira seperti berikut ”Perempuan harus memiliki pengetahuan yang luas sehingga dapat memberikan pengaruh yang sangat besar di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dengan demikian perempuan dapat lebih dihargai kedudukannya di masyarakat” (www.ietaniz.blogspot.com/2008/12/cintaku.html)
Terlepas dari itu semua, STA tetaplah menyuguhkan karya yang fenomenal. Berangkat dari latar belakang pendidikan sastranya, STA dapat menuliskan novel ini dengan kata-kata yang ”nyastra”. Pembaca yang menganalisis sastra akan banyak memetik pelajaran dari diksi yang disuguhkan. Pun bagi para penikmat sastra, pujian pada novel ini pastilah cukup banyak. Meskipun tidak sedikit yang mengkritik novel ini.
Unsur Instrinsik Novel
1. Tema : Perjuangan Wanita Indonesia
2. Latar / Setting ;
1) Gedung Akuarium di Pasar Ikan,
2) Rumah Wiriaatmaja,
3) Mertapura di Kalimantan Selatan,
4) Rumah Sakit di Pacet,
5) Rumah Partadiharja,
6) Gedung Permufakatan.
3. Alur : Maju
4. Sudut Pandang : Orang ketiga yang ditandai dengan menggunakan nama dalam menyebutkan
tokoh-tokohnya.
5. Penokohan
a. Maria : Anak Raden Wiriaatmaja, seseorang yang mudah kagum,mudah memuji dan memuja,lincah dan periang.
b. Tuti : Anak Raden Wiriaatmaja, seseorang yang aktif dalam berbagai kegiatan wanita,selalu serius,jarang memuji,pandai dan cakap dalam mengerjakan sesuatu.
c. Yusuf : Putra Demang Munaf di Mrtapura, seseorang mahasiswa kedokteran yang pandai dan baik hati.
d. Wiriaatmaja : Ayah dari Maria dan Tuti, seorang yang memegang teguh agama,baik hati dan penyayang.
e. Partadiharja : Adik Ipar Wiriaatmaja, seseorang yang baik hati, teguh pendirian dan peduli antar sesama.
f. Saleh : Adik Partadiharja, seorang lulusan sarjana yang sangat peduli akan alam sehingga ia mengabdikan diri sebagai seorang petani.
g. Rukamah : Sepupu Tuti dan Maria, seseorang yang baik hati dan suka bercanda.
h. Ratna : Istri saleh, Seorang petani yang pandai dan baik hati.
i. Juru Rawat : Seorang yang baik hati.
6. Gaya Penulisan : Didalam novel ini banyak ditemukan majas personifikasi dan banyak menggunakan bahasa Melayu sehingga terlihat agak rancu dan sulit dimengerti.
Komentar
Posting Komentar