APRESIASI NOVEL SAMAN Novel karya: Ayu Utami

APRESIASI NOVEL SAMAN
Novel karya: Ayu Utami

Novel Saman yang ditulis oleh Ayu Utami ini memiliki daya tarik yang cukup besar di dunia akademik. Pasalnya, banyak orang beranggapan novel ini merupakan refleksi dari pemberontakan kaum perempuan terhadap anggapan/anggapan atau perspektif yang keliru yang merugikan kaum perempuan. Boleh dikatakan sebuah novel yang sarat dengan feminisme.
Membaca novel ini sedikit rumit jika hanya untuk menemukan hal-hal yang berkaitan dengan feminisme tadi. Sebab, sebenarnya tidak hanya itu. Di dalam novl ini juga terdapat kritik terhadap pembangunan yang kala itu sedang gencar-gencarnya.
Novel Saman menceritakan kehidupan empat perempuan yang bersahabat sejak kecil. Shakuntala si pemberontak, Cok si binal, Yasmin si “jaim”, dan Laila si lugu, begitulah boleh saya katakana. Dan tak lupa tokoh yang menjadi judul buku ini yaitu Saman.
Laila adalah wanita berprofesi sebagai fotografer dan suatu hari dalam pekerjaannya dia bertemu dengan seorang pria salah satu kepala bagian di perusahaan minyak. Dan dalam pertemuan itu Layla jatuh hati pada pria bernama Sihar. Tapi, sangat disayangkan Layla jatuh cinta pada pria yang sudah beristri. Layla satu-satunya yang masih perawan dari ke-3 sahabatnya.
Pada cerita Laila ini, sebenarnya saya lebih banyak menemukan karakter feminismenya yang masih belum apa-apa dibandingkan teman lainnya. Bias dikatakan ia masih ragu untuk merefleksikan faham feminismenya. Dan ini tentunya mewakili sebagian besar kaum perempuan tanah air.
Cok menyerahkan kegadisannya pada pacarnya yang saat itu mereka masih duduk di bangku SMP. Yang kemudian suatu hari guru menemukan alat kontrasepsi berada dalam tas sekolahnya. Akibatnya, Cok diboyong ke suatu daerah terpencil oleh keluarganya. Tapi, Cok tidak pernah jera dengan perilakunya, Cok semakin menjadi.
Dari tokoh yang bernama Cok ini saya menemukan bahwa Ia adalah wanita yang tidak mau terikat dengan satu lelaki, karena itulah ia sering berganti pacar dan tidak membentuk ikatan pernikahan dengan satu lelaki yang dikiranya cocok dengan dirinya.
Yasmin, dia bersuami tapi Yasmin melakukan hubungan suami istri dengan suaminya sebelum mereka menikah, walaupun begitu Yasmin memang terlalu “jaim”. Yasmin memang selalu berusaha tampil sempurna di depan ke-3 kawannya, yang menganggap tindakan Cok dan Shakunatala adalah dosa.
Mulanya Yasmin memang digambarkan sebagai wanita yang alim. Namun perkembangan selanjutnya ia juga mengalami hal yang serupa, pandangan feminisme telah merubah jalan pikirannya.
Sedangkan Shakuntala entah dia sendiri tidak mengetahui kepada siapa dia menyerahkan mahkotanya, dan shakuntala walau bagaimanapun keadaannya dia tetaplah seorang penari. Pada suatu hari dia bertengkar hebat dengan ayahnya, dan ia dikurung di dalam kamarnya.
Karakter Shakuntala digambarkan oleh Ayu Utami sebagai seorang feminis radikal. Bagaimana tidak, musuhnya bukan hanya sekedar pacar. Akan tetapi hampir semua laki-laki termasuk ayahnya.

Akan tatapi, terlepas dari karakter tokoh empat perempuan tadi, saya hanya dapat menikmati novel ini. Karena terutama bvanyak juga yang menggolongkan novel ini ke dalam novel populer. Berikut synopsis akhir/ ending dari cerita Saman ini;
Suatu hari, Layla ingin menolong Sihar dan akan mempertemukan Sihar dengan teman lelaki dari masa lalu Layla. Saman, lelaki yang memilih jalan hidupnya menjadi pendeta ini, adalah laki-laki yang pernah mengisi hati Layla, walau memang Saman tak penah membalas cinta Layla, sampai semua harapan Layla pada Saman terkubur dan menganggapnya sebagai teman biasa. Saman, pada tahun …. memilih ditugaskan ke Perabumulih, dan Saman tentu mempunyai alasan yang kuat untuk itu. Saman yang kemudian berada di Perabumulih, banyak kebon karet. Dan suatu hari terjadi konflik antara penduduk dan pemerintah. Banyak suara tembakan di beberapa dusun, para penduduk laki-laki ditangkap sedangkan para penduduk perempuan dan anak-anak ditempatkan pada suatu tempat. Banyak rumah penduduk yang hancur karena tembakan para utusan pemerintah.
Selain itu, novel ini sesungguhnya secara sadar menceritakan perempuan-perempuan yang mungkin bukan perempuan Indonesia pada umumnya. Mereka ada di papan atas. Sehingga tidak heran jika pergi ke New York saja begitu mudahnya. Dan tidak begitu mengejutkan. Akan tetapi, disinilah keunikannya. Novel ini seolah-olah menjembatani kelas-kelas sosial dengan kepentingan yang sama.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

NASKAH DRAMA LUMPUR KEMISKINAN

ANALISIS UNSUR INTRINSIK DRAMA “MONUMEN” KARYA INDRA TRANGGONO

UNSUR INTRINSIK DRAMA IBLIS KARYA MOHAMMAD DIPONEGORO