ANALISIS UNSUR INTRINSIK DRAMA “MONUMEN” KARYA INDRA TRANGGONO

ANALISIS UNSUR INTRINSIK DRAMA “MONUMEN”

KARYA INDRA TRANGGONO

Diajukan untuk memenuhi salah satu

tugas mata kuliah Apresiasi Drama Indonesia


Oleh:

Marjan Fariq


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SASTRA DAN BAHASA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

2010

I. UNSUR-UNSUR TEKS SASTRA

  1. Tema

Kehidupan masyarakat sekuler kapitalis dalam perspektif para pahlawan yang telah gugur.

B. Alur/plot

Plot yang digunakan yaitu plot progresif (alur maju), yakni cara alamiah A-B-C-Z.

  1. Tokoh dan Penokohan

Seorang nenek : ia adalah tokoh yang muncul diawal dan diakhir cerita, ia hanya narator yang mengajak agar penonton menyaksikan pertunjukkan drama tersebut.

Wibangso : , tegas tetapi terkadang juga suka membangga-banggakan dirinya serta bersikap angkuh, karena ia merasa dirinya seorang pemimpin dan lebih layak dihormati namun diapun merasa bersedih melihat negrinya yang semakin semeraut

Sidik : sombong dan tidak suka dengan orang-orang yang tinggal disekitar monumen (orang-orang yang tidak menghargai jasa kepahlawanannya). Ia selalu membangga-banggakan dirinya, dan terkadang ia bepikiran agak kotor, seperti ”ah..ah..ada pesta seks besar-besaran. Ya ampun, punya mereka besar-besar. Gaya mereka pun lebih liar dari film BF”.

Ranti : patung yang berpenampilan seperti perawat ini adalah patung yang selalu bersikap optimis. Ia memperjuangkan hak-hak pereempuan, sedikit mengungkit-ngungkit jasa-jasa kepahlawanannya dan juga tidak suka dengan perempuan zaman sekarang (warga sekitar monumen) yang menjual harga dirinya untuk sesuap nasi.

Durmo : dengan wajahnya yang bopeng, ia patung yang selalu besikap nyatai. Namun selalu menggangapnya sesajen sebagai jalan keabadian nya.

Cepluk : , wanita dapur yang mencoba memperjuangkan hak-hak perempuan dan tidak rela dengan posisinya yang selalu direndahkan terbukti dengan kemarahannya yang patungnya di taruh dibelakang patung lelaki . Ia berwatak ceplas-ceplos dan asal bicara. Ia selalu mengeluarkan argumennya kepada patung yang lainnya dan sering menasehati. Tetapi hatinya iba dan prihatin terhadap kehidupan negerinya saat itu.

Yu Sablak : seorang dukun, setiap ada orang yang meminta bantuan meminta tarif hotline yang tinggi. matrealistis, licik dan angkuh

Seseorang 1 : tokoh yang hanya diceritakan diawal saja. Ia memohon kepada Yu Sablak agar diberikan nomor buntut togel,

Seseorang 2 : dan ini pun tokoh yang diceritakan hanya diawal cerita. Ia memohon kepada Yu Sablak agar dirinya “laku” karna propesi sebagi pelacur.

Seseorang 3 : tokoh ini memohon kepada Yu Sablak agar ia diselamatkan dari pemeriksaan karena ia terlibat dalam penggelapan uang Bantuan Pangan alias koruptor.

Para petugas : bersikap tegas saat mencari seorang pencopet

Kalur :sebagi pencopet yang merasa bahwa dirinya adalah pencopet handal dan melebihi para koruptor. Tetapi ia juga sangat cemburuan.

Ajeng dan Karep : mereka adalah sepasang kekasih yang digambarkan sangat romantis dalam bercinta. Ajeng adalah pelacur junior yang mudah dirayu, sedangkan Karep adalah tokoh pengangguran intelek yang mempunyai bakat sebagai penyair, banyak bicara tapi omong kosong doang, perayu dan gombal

Den Bei Taipan : pembisnis, perayu angkuh dan hanya memikirkan materi dan kekuasaan semata. Ia adalah konglomerat yang selalu mempengaruhi kepala Kotapraja yang baru agar beliau mau menuruti perintahnya yaitu membongkar monumen dan membangun tempat hiburan dan menjadikan Kotapraja sebagai kota Metropolitan.

Drs. Gingsir : pejabat yang mata duitan, tidak menghargai jasa pahlawan dan hanya memikirkan dirinya sendiri demi uang dan kekuasaan. kepala Kotapraja yang mudah dipengaruhi oleh Den Bei Taipan. Ia adalah orang yang keras kepala dan bersikap masa bodoh terhadap pemerintahannya. Lebih mementingkan dirinya daripada masyarakat.

Puguh : asisten Dra gingsir . wakil kepala Kotapraja yang teguh terhadap pendirian untuk tidak membongkar monumen.

D. Latar/Setting

yaitu di pelataran monumen (kota Serang) yang sering dijadikan tempat sesembahan untuk memohon suatu permintaan dan di ruang tamu, tempat Den Bei taipan, Drs. Gengsir dan Puguh bercengkrama membahas bisnis mereka.

  1. Gaya Bahasa

Gaya bahasa yang digunakan antara lain :

1) Sarkasme, dapat dibuktikan pada dialog berikut “konsultasi ditutup, dan Sampean saya persilahkan Go...Out!!”.

2) Metafora, dapat dibuktikan pada dialog berikut “bagai belatung sedang makan bangkai anjingf dengan lahapnya”.

3) Personifikasi, dapat dibuktikan pada dialog berikut “hanya beberapa lampu bercahaya bagai belasan kunang-kunang yang membangun malam”.

4) Ironi, dapat dibuktikan pada dialog berikut “bapak ini ternyata memang cerdas, setidaknya mendadak cerdas!”.

5) Hiperbola, dapat dibuktikan pada dialog berikut “air, api, bumi dan angin kawal lah permintaanku hingga sampai keharibaan Gusti”.

  1. Amanat

Amanat yang terkandung dalam cerita tersebut,Berlakulah adil demi kesejahteraan bangsa. Hargai dan hormatilah situs-situs bersejarah peninggalan bangsa kita, karena itu adalah monumen terpenting yang menggambarkan perjuangan para pejuang tempo dulu. Hargailah arti sebuah sejarah, karena kita hidup dari sebuah sejarah (jasa-jasa pahlawan yang memperjuangkan kehidupan masa depan kita). Hidup bukanlah hanya untuk mencari materi, jabatan, kehormatan dan kekuasaan semata. Tetapi hidup adalah untuk bermanfaat untuk manusia lain, karena itulah sebaik-baiknya manusia.

Unsur-Unsur Teks Pertunjukkan

a) Dialog : dalam cerita ini terdapat banyak dialog terjadinya interaksi antar para tokoh tersebut. Dialog bersifat interaktif antara pemain satu dengan pemain lain dan banyak mengandung ejekan tentang kebobrokan masyarakat sekitar dan birokrasi.

b) Properti : adapun properti yang digunakan dalam pementasan tersebut yaitu:

Senapan api yang terbuat dari kayu, sesuatu benda kayu yang menyerupai pondasi monumen, golok yang dipakai oleh tokoh Durmo, pentungan kayu dan peluit sejumlah uang yang digunakan oleh tokoh pencopet, selembar peta dan benda

c) Lighting : berjumlah 7 buah dan lampu berwarna merah 3 buah. Terdiri dari tujuh lampu berwarna kuning, enam lampu adalah lampu pementasan dan satu lampu adalah lampu tembak

d) Kostum : Dalam drama tersebut, tokoh patung dilumuri dengan lumpur. Tokoh Wibangso memakai pakaian tentara, tokoh Durmo hanya menggunakan celana pendek, tokoh Ranti menggunakan baju seperti perawat, tokoh Sidik hanya menggunakan celana pendek, tokoh Cepluk berpenampilan kebaya seperti adat orang Jawa berkerudung yang merupai selendang, tokoh Yu Sablak menggunakan baju biru, tokoh seseorang 3 menggunakan pakaian rapi dan jas, Tokoh Ajeng menggunakan pakaian ragam santai, tokoh kalur berpenampilan seperti pencopet dan menggunakan topi, tokoh karep berpenampilan layaknya seorang penyair dengan menggunakan topi, tokoh Den Bei Taipan, Drs. Gingsir dan Puguh berpenampilan seperti konglomerat dan bisnisman.

e) Musik : Bunyi alat yang terbuat dari dirigen bekas yang ditabuh dan keyboard yang digunakan ketika pergantian babak dalam cerita tersebut. Musik yang dimainkan yaitu musik mendayu yang berjudul ”Lagu Orang Terbuang”.

f) Properti : Bul doser, pruit dan tongkat pemukul yang dibawa petugas.

g) Penonton : Ruangan pementasan terdiri dari 2 lantai. Penonton yang berada di lantai dasar menggunakan posisi duduk di lantai atau lesehan dan penonton dibatasi supaya ruangan kondusif melihat pertunjukan drama tersebut. Dapat dikatakan penonton kondusif.

g) Sutradara : Farid Ibnu Wahid

Komentar

Postingan populer dari blog ini

NASKAH DRAMA LUMPUR KEMISKINAN

UNSUR INTRINSIK DRAMA IBLIS KARYA MOHAMMAD DIPONEGORO